TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Ketulusan {6}



Ketulusan {6}

0Sudah dua malam dan tiga hari Liu Anqier terus berjalan tanpa membawa bekal sedikitpun. Bahkan dia merasa kalau dirinya benar-benar lemah dan nyaris tak sanggup sama sekali. bagaimana tidak, dia kelaparan, dia merasa haus. Dia hanya bisa memakan tumbuhan-tumbuhan yang dia tahu tidak beracun, meski sejatinya dia ragu kalau tumbuh-tumbuah tersebut tidak beracun. Beruntung sekali sampai detik ini dia tidak mati. Sebab dari yang dia tahu dari bangsa manusia, selama tumbuhan itu lepas dari ciri-ciri tumbuhan beracun, mereka bisa dimakan.     
0

Liu Anqier pada akhirnya melangkahkan kaki pada sebuah kebun kesemek yang sangat luas. Bahkan saking luasnya kebun hutan kesemek itu seolah tak memiliki ujung. Perut Liu Anqier mulai terasa keroncongan. Perutnya sangat sakit karena kelaparan. Tanpa sadar liurnya pun terasa kering, dia menelan liurnya dengan susah dengan mimik wajah yang benar-benar sangat menginginkan makan buah kesemek itu barang satu biji. Namun, akankah menjadi aman jika dia mengambil buah kesemek di sini meski satu? Buah-buah kesemek itu masak dengan sempurna dan itu sangat menyenangkan mata dan perut Liu Anqier. untuk kemudian dia meyakinkan diri jika dia ingin memetik satu. Setelah itu dia mencoba mencari buah kesemek yan berbuah pada ranting yang paling pendek agar dia tak harus susah payah untuk mengambilnya. Dan di sana dia melihat satu buah kesemek berwarna merah segar. Warna yang benar-benar berbeda dari yang lainnya, bentuknya pun sangat sempurna dengan ukuran paling besar. Buah kesemek itu benar-benar sangat menggoda mata siapa saja yang memandangnya.     

Liu Anqier pun memutuskan untuk memetiknya. Dengan semangat dia mengusap kulit kesemek itu dengan bajunya, dan hendak memakannya. Tiba-tiba ratusan panah mulai menyerangnya dengan sempurna.     

Merasa kaget dengan hal itu, Liu Anqier langsung terbang, menginjak salah satu dahan ranting buah kesemek untuk sebagai tumpuan tubuhnya. Dan setelah anak panah itu melayang tanpa bisa menyentuhnya, Liu Anqier melirik pada satu sisi. Kemudian dia melihat sosok memakai pakaian serba peach tersebut.     

Sosok itu kini terbang, kemudian dia berdiri tepat di depan Liu Anqier. wajahnya cantik, sangat cantik. Bahkan jika menurut bangsa iblis Cheng Wan Nian adalah iblis tercantik yang pernah ada. Tidak aka nada apa-apanya dibandingkan dengan wanita yang ada di depannya ini. Liu Anqier agaknya baru percaya apa yang dikatakan orang-orang jika makhluk yang memiliki kecantikan abadi dan tidak bisa ditandingi ada dua, yaitu wanita dari bangsa siluman rubah, dan Dewi yang ada di kahyangan. Dan Liu Anqier baru mengakui hal itu.     

Pun dengan wanita itu, dia mencium aroma manusia yang sangat kentara. Tapi entah mengapa dia merasa jika wajah cantik Liu Anqier benar-benar di atas rata-rata. Bahkan dia merasa tersaingi dengan wajah dari Liu Anqier ini.     

Padahal menurut takdir yang diturunkan oleh langit. hanya ada dua sosok yang tercantik di alam raya ini. yang pertama adalah dirinya, sang rubah agung berekor Sembilan yang kecantikannya tiada tara bahkan melebihi kecantikan para dewi tertinggi sekalipun. Dan yang kedua adalah, sosok yang merupakan menjadi jodoh dari Putra Mahkota Kerajaan Langit yang bahkan sampai detik ini sosok itu bagai lenyap ditelan bumi. Tapi bagaimana bisa ada manusia yang memiliki kecantikan yang melebihinya? Matanya, hidungnya, bibirnya, dan kulitnya. Dia benar-benar tidak terima dengan takdir langit yang sangat melecehkannya ini.     

"Kau begitu lancang masuk ke dalam wilayahku, terlebih mengambil buah kesemek abadi milikku!" marah siluma rubah berekor Sembilan itu. pantas saja Liu Anqier tahu, sebab ekor sembilannya tampak nyata keluar dari belakang tubuh sosok tersebut.     

"Kau, bukankah kau adalah rubah yang paling agung itu? bagaimana bisa kau ada di sini? Apakah di sini adalah rumahmu?" tanya Liu Anqier.     

Dia sering mendengar cerita dari Yang Si Qi, selama dia kecil sampai dewasa ini. jika dikisahkan, dewi rubah berekor Sembilan adalah sosok siluman rubah yang dikutuk langit memiliki paras cantik luar biasa yang tak tertandingi bahkan dari alam Dewi Langit sekalipun. Karena kecantikannya adalah kutukan membuatnya merana, dia tak bisa menua, dia tak bisa seperti sosok-sosok seusianya yang pelan-pelan menua. Hingga wajah awet mudanya sering membuat sosok-sosok termuda selalu berebut untuk mendapatkannya. Dan hal itu membuat sang Dewi Rubah agaknya nelangsa. Dia merindukan pendamping, dia merindukan sosok kekasih yang abadi. Sehingga muncul juga sebuah rumor jika Dewi Rubah berekor Sembilan untuk mendapatkan kecantikan abadinya yang tak pernah menua dengan cara menghisap darah manusia dan mengajak manusia-manusia yang belum menikah untuk bercinta. Dan apa pun itu, Liu Anqier sama sekali tidak pernah dan tidak mau peduli.     

"Cih, kenapa kau begitu penasaran sekali, manusia? Kau bahkan tak merasa bersalah karena telah mengamil kesemek kesayanganku,"     

Liu Anqier pun memandang buah kesemek yang ada di tangannya, kemudian dia menelan ludahnya dengan susah. Dia lapar, tapi kata dari siluman rubah itu ini adalah kesemek kesayangannya. Jadi, mau tidak mau Liu Anqier melempar kembali kesemek itu kepada siempunya.     

"Maaf, aku sama sekali tak sengaja untuk memetik buah itu. aku hanya menginginkan buah kesemek yang tak terlalu jauh dari jangkauanku. Siapa sangka jika yang kulihat adalah buah itu. dan aku kesini pun karena aku ingin kembali ke alam manusia. Ini…," kata Liu Anqier, kemuidian dia melemparkan tanda pengenal itu kepada siluman rubah tersebut.     

"Kakek?" pekiknya seolah tak percaya. Bagaimana bisa manusia ini bisa bertemu dengan kakeknya? Ini benar-benar hal yang sangat aneh sekali. "Bagaimana bisa kau bertemu dengan kakekku?"     

"Tuan yang baik hati itu kakekmu?" tanya Liu Anqier. kemudian ia memutuskan untuk turun dan kini dia berdiri tepat di bawah sebuah pohon kesemek yang ada di hutan itu. Liu Anqier kembali menelan ludahnya dengan susah. Tapi dia sama sekali tak ingin untuk terlihat kelaparan luar biasa seperti ini. "Aku bertemu dengan kakekmu saat aku tak sadarkan diri. Dia yang menolongku dan membawaku ke gubuk. Aku terperosok jatuh ketika sedang menurni bukit yang ada di sisi selatan tempat tinggal dari Tuan baik hati itu. dan aku jatuh tak sadarkan diri."     

"Bukit keabadian? Untuk apa kau kesana? Tak tahukah kau jika tidak ada satu pun yang bisa pergi ke sana?"     

"Aku sudah berada di bagian tertinggi bukit itu,"     

"Omong kosong," bantah siluman rubah itu.     

"Aku jujur,"     

"Kau jangan main-main. Asal kamu tahu bukit itu dihuni oleh tiga siluman yang paling mengerikan di alam raya, dan tidak akan pernah ada sosok yang bisa membunuhnya!"     

Liu Anqier terdiam mendengar hal tersebut. Dia itu jujur, tapi kenapa siluman rubah yang cantik ini tidak percaya sama sekali kepadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.